Buku Infinity Heroes Muslim: Meniti Perjuangan Hakiki Meraih Kemuliaan Islam Sejati
Ramadan kemarin menyempatkan saya untuk membaca Buku ini. Meskipun, tahun depan belum tentu akan berjumpa kembali. Momen mengingat Ramadan dengan membaca buku best seller dan mengangkat martabat kaum muslim sesungguhnya membuat mindblowing. Mengangkat topik pahlawan super yang kita kenal sebagai toko fiksi tak teraba, abstrak tapi menonjol dalam kenyataan sebagai superstar.
Decak kagum pada khayalan membawa kaum muslim terlena akan kesempurnaannya menengok ke belakang. Menjadi lupa akan jati diri bahwa nenek moyangnya tidak digambarkan berlaga bagai supestar khayalan.
Islam membawanya ke samudera yang kaya akan kebijaksanaan. Bukan harta melimpah yang membuat mereka berubah tapi iman yang sempurna sudah cukup merubah pola pikir dan sikap menjadi pribadi mulia seperti apa yang dikatakan buku ini pada halaman 21 yang katanya “banyak orang meyakini, dengan punya banyak harta mereka akan bahagia. Mereka akan berjibaku mengumpulkan harta, walau dengan menghalalkan segala cara. Padahal dari peradaban manapun, dari zaman manapun, dari sumber manapun, akan kita temukan bahwa setiap ketamakan terhadap harta akan berujung pada penyesalan. Itupulalah yang terjadi pada Raja Midas.”
Satu kisah tentang Raja Midas yang berlatar belakang kisah dari Yunani Kuno. Singkat cerita digambarkan bahwa Midas seorang Raja dari Phyrigia (sekarang kawasan Anatolia) bisa menyentuh semua barang menjadi emas karena ia menemukan sosok satyr yang merupakaan jelmaan setengah manusia dan setengah kambing. Lalu di bawa ke istana dan disuguhkan berbagai minuman keras sampai hari ke sebelas satyr di bawa ketempat muasalnya.
Lalu atas perihal memanjakan si satyr itu, Midas dihadiahi oleh dewa anggur untuk meminta apapun. Jadilah Midas bisa menyentuh barang yang ia pegang menjadi emas.
Cerita mitologi serupa banyak ditemui namun ketika bicara soal harta yang melimpah dari kalangan muslim, tengoklah Aburrrahman bin Auf yang hartanya malah sulit untuk dihabiskan. Berkebalikan dengan Raja Midas bagaimana menampung banyak harta, Abdurrahman justru sebaliknya. Motivasinya karena merasa takut jika ia masuk surga dengan cara merangkak! Sehingga komoditas dagang 700 unta yang ia punya diinfakkan sebagai bentuk kecemasan yang ia rasakan itu.
Perbandingan-perbandingan yang kalah jauh pada realita saat ini menyadarkan bahwa pahlawan yang sesungguhnya tidak lain adalah mengorbankan waktu muda yang singkat dengan sebaik-baiknya.
Begitulah sejarah sangat kental pada pengabdian kepada umat. Beriman kepada Allah bukanlah khayalan, kembali kepadaNya adalah solusi terbaik sepanjang masa. Melihat negeri yang pongah hilang dan binasa raib tertelan bumi karena kemaksiatan yang dihancur leburkan. Atau malah keserakahan penjajah yang haus dan gelap mata pada harta melimpah.
Menilik kisah Mansa Musa yang berdedi kasih pada bangsa Afrika memimpin rakyat dengan kekayaan namun bisa mensubsidi negeri yang paceklik. Mansa Musa digelari “The richest human being in all history” oleh Celebrity Net Worth yang kekayaan beliau miliki mencapai USD 400 miliar atau setara 5,6 ribu triliun rupiah.
Kekayaan yang ia punya menjadi pembangunan pendidikan dan mengembangkan dakwah. Menurut buku ini dalam perjalanan hajinya tahun 1324, beliau membawa 60.000 orang. Sepnajnag jalan dari Mali hingga Makkah, beliau membagikan emas dan memberikan bantuan kepada orang yang ditemuinya. Sepulang haji, beliau mengundang cendikiawan Andalusia, Arab dan Persia untuk mengajar di Mali.
Sejak saat itulah, Mali berubah menjadi garis terdepan pada ilmu pengetahuan umat Islam, tepat ketika Baghdad diserang oleh kekaisaran Mongol.
Lalu hal itu mengingatkan dimana kita mengenal kisah Black Panther yang menjadi ikon komik pahlawan Afrika besutan Marvel. Black Panther memproduksi hasil pertambangan berupa logam Vibranium yang digunakan untuk perisai Captain Amerika. Sayanganya karakter itulah yang bisa tergambar secara visual dan mendalam.
Masih banyak kisah hero lain yang ada pada Islam. Setidaknya buku ini menampar saya, mengingatkan saya kembali jika terasa hampa dalam hidup terasa sulit menjalankan keputusan berat dalam hidup. Kita menghadapi situasi ujian bukan untuk memberatkan hidup, tapi menguatkan kaki untuk tegap berdiri berjalan melangkahkan kakinyang terbaik.
Kita adalah hero-hero masa kini, membebaskan belenggu kenestapaan dan kebodohan lainnya. Terutama menunggu hero Islam yang lantang mengarahkan jihad fiisabilillah menuju tanah Palestina, maka jangan lemah mari hidupkan kembali semangat hero sesungguhnya menjadi pejuang meraih kemuliaan sejati. Recomend banget untuk menyalakan api semangat pasca puasa.
Komentar
Posting Komentar